Tahukah Anda? Ada Sebuah Gedung Tua Di Tsim Sha Tsui Yang Mempunyai Kisah Sedih Seorang Pahlawan
Di daerah Tsim Sha Tsui dekat stasiun MTR Jordan ada sebuah gedung kuno dengan desain perpaduan ala Eropa dan Amerika Serikat yang terletak di antara Nathan Road dan Austin Road, yaitu190 Nathan Road, Tsim Sha Tsui. Gedung tersebut sebenarnya memiliki sebuah cerita perjuangan seorang pahlawan etnis Chinese pada masa Perang Dunia Kedua di Hong Kong.
Gedung dibangun oleh seorang pria etnis Chinese yang datang dari Amerika Serikat
Pada tahun 1929, sepasang suami istri warganegara Amerika Serikat etnis Chinese bernama Chin Yau-yan 陳有仁 dan Lau Chung-tai 劉松娣 memutuskan untuk pindah ke Hong Kong bersama ke 3 anaknya yaitu Henry Chin Yow-nam 陳耀南, William Chin Yow-fong 陳耀芳 dan George Chin Yow-ching 陳耀正. Pada waktu itu mereka membeli sebuah tanah di daerah Tsim Sha Tsui dan dibangun sebuah gedung 4 tingkat untuk dijadikan sebuah restoran sekaligus tempat tinggal mereka. Gedung tersebut kemudian selesai dibangun pada tahun 1937 dan di bagian lantai dasar dibuat sebuah restoran Barat bernama Cafe Evergreen 永青餐室 (wing5 ching1 chaan1 sat1).
Anak pertama dan anak kedua menjadi mata-mata tentara sekutu Amerika Serikat pada masa penjajahan Jepang atas Hong Kong
Pada masa Perang Dunia Kedua, Jepang berhasil menjajah Hong Kong selama 3 tahun 8 bulan. Pada waktu itu tentara Jepang memakai Cafe Evergreen sebagai salah satu kantin khusus tentara dan penduduk etnis Jepang. Pada waktu itu bangunan milik keluarga Chin ini adalah bangunan paling tinggi di daerah sana, maka dapat melihat langsung ke arah perairan yang sering digunakan oleh kapal-kapal milik tentara Jepang untuk keluar masuk wilayah Hong Kong. Oleh sebab itu sejak tahun 1943, anak pertama dan anak kedua dari Lau Chung-tai yaitu Henry dan William menjadi mata-mata tentara sekutu Amerika Serikat untuk memantau gerak-gerik tentara Jepang di sekitar sana.
Henry dan William menggunakan salah satu kamar untuk mengirim pesan melalui Pemancar Gelombang Pendek Radio kepada tentara Amerika Serikat. Setiap paginya William akan naik ke gedung lantai paling atas untuk memantau gerak-gerik tentara Jepang di sekitar sana. Pada waktu itu dapat dikatakan mereka tinggal di satu gedung bersama tentara Jepang sekaligus melakukan aktivitas pemantauan terhadap tentara Jepang.
Tertangkap oleh tentara Jepang 2 bulan sebelum Jepang menyerah
Aktivitas pemantauan berjalan lancar selama sekitar 2 tahun, namun pada tanggal 19 Juni 1945, yaitu 2 bulan sebelum Jepang resmi menyatakan menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya, seorang mata-mata etnis Chinese dari tentara Jepang melaporkan bahwa terdapat seorang anggota dari keluarga Chin yang sedang mengirim pesan kepada tentara Amerika Serikat.
Tentara Jepang kemudian menangkap William Chin, lalu menyiksanya dengan mencabut semua gigi, memasukkan air ke dalam perut melalui selang, mencabut semua jari tangan dan kaki, menghancurkan semua gigi dan lain sebagainya. Tidak lama kemudian William karena terluka berat ia dibawa ke Kwong Wah Hospital 廣華醫院, 3 hari kemudian ia dinyatakan meninggal dunia.
Berdasarkan kesaksian dari salah satu anak perempuan WIlliam Chin bernama Virginia Chin Yin-ping 陳燕萍, ia mengingat bahwa ia dibawa ke sebuah rumah sakit yang semua temboknya berwarna putih, lalu dia melihat ayahnya terbaring di tempat tidur dan seluruh badannya terluka parah. Dengan alasan rumah sakit banyak kuman, maka ia tidak diperbolehkan mendekati ayahnya. Keluarga William kemudian mempersiapkan peti mati dan dibawa ke rumah sakit, namun pihak rumah sakit melaporkan bahwa jenazah telah hilang, diperkirakan jenazah William telah dibuang ke sebuah kuburan massal yang tidak ada tanda pengenalnya oleh tentara Jepang.
Puluhan tahun kemudian, tim peneliti sejarah gedung tersebut menemukan sebuah berita dari The Kung Sheung Daily News 工商日報 (gung1 seung1 yat6 bou3) pada tanggal 5 April 1946 yang menceritakan penyebab kematian William Chin. Pada waktu itu Virginia dan ibunya baru menyadari William Chin adalah seorang pahlawan dan meninggal akibat disiksa oleh tentara Jepang. Setelah itu ibu Virginia menangis, berdasarkan pernyataan Virginia bahwa waktu itu adalah pertama kalinya ia melihat ibunya menangis.
Gedung dibeli oleh seorang pengusaha terkemuka di Hong Kong pada tahun 1970an
Pada tahun 1970an, gedung tersebut dijual ke seorang pengusaha developer atau properti terkemuka Hong Kong bernama Ma Kam-chan 馬錦燦. Kemudian gedung tersebut di lantai dasar dijadikan pertokoan dan lantai 1, 2 dan 3 menjadi apartemen untuk tempat tinggal.
Pada tahun 2009 gedung tersebut selesai dilakukan sebuah renovasi dan saat ini sebagian besar unit juga telah dijadikan pertokoan.
Gedung bersejarah yang kemungkinan akan dibongkar
Meskipun gedung tersebut pada tahun 2018 telah dikategorikan oleh pemerintah sebagai Grade III Historic Buildings in Hong Kong 香港三級歷史建築 (heung1 gong2 saam1 kap1 lik6 si2 gin3 juk1), namun pada bulan Februari 2021 pemilik gedung tersebut mengajukan proposal pembongkaran gedung tersebut kepada pemerintah.
Beberapa organisasi yang terdiri dari konservasionis, arsitek, sejarawan dan cendekiawan kemudian meminta agar pemerintah Hong Kong mengategorikan gedung yang terletak di 190 Nathan Road ini menjadi sebuah Grade I Historic Buildings in Hong Kong 香港一級歷史建築 (heung1 gong2 yat1 kap1 lik6 si2 gin3 juk1), sehingga bangunan yang mempunyai sejarah yang berharga ini sepenuhnya terlindungi agak tidak dibongkar.