Di Hong Kong terdapat 2 merek baju dengan logo yang sangat mirip yang sering terlihat di pusat perbelanjaan yaitu Crocodile dan Lacoste. Sebenarnya ke 2 merek tersebut berasal dari tempat yang berbeda. Crocodile 鱷魚恤 (ngok6 yu4 seut1) adalah merek dari perusahaan lokal Hong Kong, Lacoste merek dari perusahaan Perancis. Namun demikian, ke 2 perusahaan ini mempunyai hubungan yang rumit.
Pada awal abad ke-20, sebuah perusahaan Jerman menciptakan sebuah merek baju bernama Crocodile, kemudian mereka pada tahun 1911 mendaftarkan merek tersebut di Hong Kong dan mendirikan sebuah perusahaan bernama Crocodile Garments Limited 鱷魚恤公司.
Setelah negara Jerman mengalami kekalahan pada Perang Dunia Kedua yaitu pada tahun 1945, merek Crocodile ini kemudian disita oleh pemerintah Hong Kong, lalu merek tersebut dibeli oleh 3 kakak beradik yaitu Chan Siu-fai 陳少輝, Dr. Chan Shun 陳俊 dan Dr. Chan Yin-chuen 陳賢進 pada tahun 1952 dan memberikan nama Chinese untuk merek ini yaitu 鱷魚恤 (ngok6 yu4 seut1). Dr. Chan Yin-chuen kemudian juga menciptakan sebuah merek baju yang menggunakan logo buaya di Singapura bernama Cartelo 卡帝樂鱷魚 (ka1 dai3 lok6 ngok6 yu4).
Pada waktu itu penghasilan rata-rata orang Hong Kong masih tergolong rendah, maka baju Crocodile pada waktu itu merupakan sebuah merek baju yang mewah. Kemudian pada tahun 1980an merek Crocodile selain disukai oleh masyarakat Hong Kong, juga merupakan merek yang sangat terkenal di dunia. Namun karena pada waktu itu negara Britania Raya dengan negara Tiongkok memasuki tahap negosiasi tentang pengembalian kota Hong Kong, maka menimbulkan kecemasan ke 3 kakak beradik ini, ditambah perekonomian yang memburuk pada waktu itu, maka mereka memutuskan untuk pindah ke luar negeri dan kemungkinan menutup perusahaan mereka di Hong Kong.
Seorang pengusaha terkemuka Hong Kong bernama Lim Por-yen 林百欣 pada waktu itu sangat yakin bahwa masa depan Hong Kong akan tetap stabil dan cemerlang, maka ia membeli seluruh aset perusahaan Crocodile Garments Limited untuk meneruskan merek Crocodile ini. Seperti diduga oleh Lim Por-yen bahwa setelah negosiasi antara Britania Raya dengan Tiongkok berjalan lancar, kemudian ekonomi Hong Kong mulai pulih kembali. Hal tersebut malah membuat merek Crocodile mempunyai kesempatan untuk masuk ke pasaran Tiongkok. Merek Crocodile pada waktu itu sangat digemari dan menjadi sebuah tren di Tiongkok.
Pada tahun 1933 seorang pemain tenis bernama René Lacoste bekerja sama dengan sebuah perusahaan tekstil Perancis yang bernama André Gillier untuk menjual baju olah raga dengan merek bernama Lacoste. Tidak lama setelah merek Crocodile menjadi terkenal di dunia, mulai terjadi sengketa merek dagang antara perusahaan yang memiliki merek Lacoste dan perusahaan Crocodile Garment Limited. Hal tersebut disebabkan karena ke 2 merek tersebut memiliki logo sama-sama menggunakan gambar buaya dan desain juga sangat mirip.
Pada tahun 1980 ke 2 perusahaan ini melakukan perdamaian. Gambar buaya yang terdapat di logo merek Crocodile pada akhirnya diubah menjadi warna emas dan kepala buaya menghadap ke kiri, tetapi logo merek Lacoste tetap menggunakan gambar buaya warna hijau yang kepalanya menghadap ke kanan. Sebagai gantinya, perusahaan Perancis tersebut memberikan izin eksklusif untuk perusahaan Crocodile Garments untuk menjual produk mereka di wilayah Hong Kong. Kemudian perusahaan tersebut juga mendapat izin eksklusif untuk menjual baju merek Lacoste di wilayah Makau.
Pada tanggal 8 Juni 2021, pihak perusahaan Crocodile Garments Limited menerima surat bahwa pemilik merek Lacoste yaitu Lacoste Operations S.A. mempunyai ketidak sepakatan pendapat dengan Crocodile Garments Limited mengenai persetujuan distribusi. Perjanjian persetujuan distribusi tersebut sebenarnya berlaku sampai dengan bulan Desember 2025, namun dengan alasan bahwa Crocodile Garments Limited tidak dapat menjalankan beberapa isi perjanjian tersebut, maka Lacoste Operations S.A. memutuskan perjanjian ini secara sepihak.
Pihak Crocodile Garments Limited pada tanggal 10 Juni 2021 mengumumkan bahwa kemungkinan mereka akan melakukan pembelaan diri yang kuat melalui jalur hukum. Perusahaan Crocodile Garments juga menyatakan bahwa dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2020, di tahun 2021 penghasilan perusahaan tersebut mengalami penurunan sebanyak 48.6%.