Hong Kong dikenal sebagai salah satu kota yang maju dan pusat perdagangan dan finansial yang paling penting di dunia, tetapi dibalik semua itu Hong Kong juga mempunyai sejarah yang luar biasa yang menyebabkan penduduk Hong Kong beberapa kali melakukan emigrasi ke luar negeri. Masa-masa paling banyak penduduk Hong Kong yang melakukan emigrasi adalah pada tahun 1990an dan di dalam 4 tahun yaitu tahun 1990-1994 telah terdapat sebanyak 300,000 penduduk Hong Kong yang pindah ke luar negeri.
Sejak masa penjajahan negara Britania atas Hong Kong, kemudian China mengambil kembali kedaulatan atas Hong Kong dan sampai saat ini terdapat 5 masa yang penduduk Hong Kong melakukan emigran dengan jumlah yang besar.
Setelah Perang Dunia Ke Dua selesai pada akhir tahun 1945, penjajahan negara Jepang atas Hong Kong juga berakhir dan masa-masa itu disebut Liberation Hong Kong 香港重光 (heung1 gong2 chung5 gwong1) yaitu Hong Kong telah dibebaskan dari penjajahan negara Jepang. Setelah itu perekonomian di Hong Kong mulai berubah dan lebih mementingkan perkembangan industri, dan hal tersebut memberikan dampak yang sangat besar kepada penghasilan para petani di Hong Kong.
Pada waktu itu banyak petani yang mengajukan permohonan untuk meminta status Citizen of the United Kingdom and Colonies / CUKC 英國及殖民地公民 (ying1 gwok3 kap6 jik6 man4 dei6 gung1 man4), yaitu warganegara Britania Raya dan wilayah jajahan Britania Raya, karena pada waktu itu penduduk Hong Kong dengan status tersebut secara otomatis mendapat hak untuk tinggal di Britania Raya. Oleh sebab pendidikan mereka tidak tinggi, maka mereka setelah di negara Britania Raya hanya mendapat pekerjaan dalam sektor kuliner.
Pada tahun awal 1960an, pemerintah Britania Raya mulai memperketat syarat permintaan untuk pengajuan status CUKC dan semenjak itu penduduk Hong Kong yang memilih pindah ke Britania Raya menjadi berkurang. Namun setelah itu masih terdapat penduduk Hong Kong yang pindah ke Britania Raya dengan visa kerja yang dijamin oleh saudara atau teman yang mempunyai usaha di Britania Raya. Sebagian dari mereka yang bekerja sebagai nelayan memilih untuk tidak kembali ke Hong Kong ketika mereka sedang bertugas di negara-negara seperti Belanda, Amerika Latin, Amerika Serikat dan lain sebagainya.
Hong Kong pernah terjadi kerusuhan yang besar pada tahun 1967 yang disebabkan oleh masalah ekonomi dan politik dan pada waktu itu penduduk Hong Kong kelas menengah dan kelas atas merasa sangat cemas dengan masa depan Hong Kong maka banyak dari mereka memilih untuk pindah ke luar negeri. Pada waktu itu sebagian besar dari mereka memilih untuk pindah ke negara-negara di Asia Tenggara, Afrika Selatan atau negara-negara di Amerika Latin. Selain itu sebagian wanita Hong Kong memilih untuk menikah dengan pria di Amerika Serikat agar dapat menetap di sana.
Pada tahun 1980an, pemerintah China dan Britania Raya mulai melakukan negosiasi atas masa depan Hong Kong, karena pada waktu itu telah mendekati masa persetujuan antara ke dua negara yang ditandatangani pada tahun 1841 yaitu Britania Raya harus mengembalikan kekuasaan atas Hong Kong kepada China pada tahun 1997.
Penduduk Hong Kong pada waktu itu bertumbuh dibawah jajahan Britania Raya, maka sebagian besar dari mereka merasa sangat cemas atas masa depan Hong Kong apakah kedudukan finansial di dunia, politik, kebebasan dan lainnya akan berubah. Pada tanggal 19 Desember 1984, Britania Raya dan China menandatangani perjanjian bahwa Britania Raya akan menyerahkan kembali seluruh wilayah Hong Kong kepada China, maka mulai terdapat banyak penduduk Hong Kong yang memutuskan pindah ke luar negeri. Pada pertengahan dan akhir tahun 1980an, setiap tahunnya kira-kira terdapat sebanyak 20,000 penduduk Hong Kong yang meninggalkan Hong Kong.
Pada pertengahan tahun 1989, China mengalami sebuah tantangan masalah sosial dan politik yang besar dan menyebabkan sebanyak 5% yaitu 300,000 penduduk Hong Kong melakukan emigrasi dalam 5 tahun yaitu pada tahun 1990-1994. Jumlah penduduk yang melakukan emigrasi tertinggi adalah tahun 1992 yaitu lebih dari 66,000 penduduk.
Sebagian besar dari mereka memilih pindah ke Kanada, selain itu Amerika Serikat, Selandia Baru, Australia dan lainnya. Pada waktu itu banyak sekali penduduk Hong Kong memilih tinggal di kota Vancouver dan Richmond di Kanada. Kota Richmond juga mendapat julukan sebagai Little Hong Kong.
Sebagian dari mereka yang suaminya yang mempunyai posisi pekerjaan yang baik di Hong Kong memilih untuk meninggalkan istri dan anak di luar negeri dan kembali ke Hong Kong untuk bekerja. Hal tersebut menimbulkan banyak masalah keluarga sehingga pada akhirnya suami istri memilih bercerai setelah mereka mendapat kewarganegara di negara tersebut.
Namun demikian, 1-2 tahun sebelum tahun 1997 mulai terdapat banyak penduduk Hong Kong yang telah pindah ke luar negeri memilih kembali ke Hong Kong. Alasan mereka kembali adalah sebagian mengalami hambatan dalam karir mereka, pandangan mereka terhadap masa depan Hong Kong berubah menjadi positif dan lain sebagainya.
Hong Kong mengalami masalah sosial yang menyebabkan kerusuhan di berbagai daerah di Hong Kong, maka pada tanggal 30 Juni 2020 Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional China / Standing Committee of the National People's Congress of the People's Republic of China 全國人民代表大會常務委員會 menyetujui sebuah Undang-undang baru untuk dilaksanakan di Hong Kong yaitu Undang-undang Keamanan Nasional Hong Kong / Hong Kong National Security Law 香港國安法 (heung1 gong2 gwok3 on1 faat3). Hong Kong yang sejak masa penjajahan negara Britania Raya tidak pernah memiliki sebuah undang-undang keamanan negara membuat sebagian penduduk merasa sangat cemas dengan undang-undang tersebut.
Beberapa negara seperti Britania Raya dalam kesempatan ini memberi alasan untuk mempermudah syarat-syarat bagi mahasiswa dan penduduk Hong Kong kelas menengah ke atas untuk pindah ke Britania Raya. Dengan bertambahnya masalah tempat tinggal, sistem serta lingkungan pendidikan di Hong Kong yang sangat membuat anak-anak tertekan, situasi pandemi Covid-19 dan lainnya, maka banyak penduduk Hong Kong yang memilih untuk pindah keluar negeri. Maka mulai terjadi sebuah gelombang baru penduduk Hong Kong meninggalkan Hong Kong sejak bulan Juli 2020. Diperkirakan pada bulan Juli 2020 sampai pertengahan tahun 2022 paling sedikit 320,000 penduduk Hong Kong yang telah meninggalkan Hong Kong. Pada puncaknya di bulan Februari 2022 terdapat 60,000 yang meninggalkan Hong Kong dalam 1 bulan.