Tentang Penulis: #29 Mencoba Berbagai Jenis Pekerjaan Sampai Lulus SMA Di Hong Kong
Setelah bekerja di restoran burger selama 1 tahun, saya ingin mencoba mencari pengalaman di bidang lain. Kemudian saya mencoba mencari kerja di sekitar daerah Causeway Bay dengan mendatangi satu per satu toko atau restoran.
Bekerja di toko pizza terkenal di Hong Kong sebagai koki
Setelah beberapa kali kegagalan dalam melamar kerja, saya mencoba melamar di sebuah toko khusus pengiriman pizza yang sampai sekarang masih terletak di seberang Saint Paul's Hospital. Tugas saya adalah sebagai salah satu koki untuk membuat pizza dengan gaji HK$23 per jam. Bagi saya adalah hal yang cukup sulit karena saya sama sekali tidak pernah masuk dapur.
Berbeda dengan restoran burger tempat saya kerja sebelumnya, semua bahan telah disiapkan dan hanya tinggal susun dan memanasinya. Tetapi di toko pizza tersebut mereka mempunya cara pembuatan yang lebih rumit maka saya bekerja tidak lama lalu kemudian mencoba mencari pekerjaan lain.
Rekan-rekan kerja juga tidak ramah dan mudah emosi, barangkali terlalu banyak pesanan dan tidak mempunyai tenaga kerja yang cukup.
Pindah kerja ke toko serba ada terkenal di Hong Kong sebagai kasir dan susun barang di dalam lemari es
Saya kemudian mencari lagi pekerjaan baru dan melamar di cabang sebuah toko kelontong (convenience store) terkenal di Hong Kong yang sekarang masih terletak di seberang KJRI Hong Kong. Kemudian saya diterima dengan gaji HK$20 per jam. Pada waktu itu yang bekerja di toko tersebut hanya 2 orang, saya dan manajer toko. Pada sore hari setelah saya selesai kerja ada karyawan bagian malam yang menggantikan saya. Saya diberikan tugas sebagai kasir, namun sebagian besar waktu saya berada di dalam lemari es untuk menyusun minuman dari belakang dan pada umumnya memerlukan waktu berjam-jam untuk menyelesaikan tugas tersebut.
Manajer toko orangnya baik dan dengan sabar mengajarkan saya hal-hal yang saya perlu ketahui. Bagi saya hal yang paling sulit adalah menghafal semua jenis rokok yang dijual dalam toko karena keluarga saya selain kakek yang di Indonesia semua tidak ada yang merokok.
Pekerjaan di toko ini tidak terlalu melelahkan, tetapi harus sering keluar masuk lemari es di tengah musim panas membuat tubuh saya menjadi lebih lemah dan menyebabkan saya tidak konsentrasi sewaktu mengikuti pelajaran di sekolah malam. Maka saya memutuskan untuk mencari pekerjaan lain setelah saya bekerja hampir 1 bulan di toko ini.
Menemukan pekerjaan yang cocok yaitu sebuah restoran barat di daerah Tin Hau
Setelah mencari-cari, saya menemukan sebuah restoran barat kecil di daerah Tin Hau persis di antara Lau Li Street dan Ngan Mok Street. Perusahaan restoran tersebut mempunyai lebih dari 40 cabang di Hong Kong pada tahun 1990an, namun tidak lama setelah saya mengundurkan diri dari restoran ini, pemilik perusahaan bangkrut dan semua restoran ditutup.
Restoran tersebut terdapat 3 koki, 2 pelayan, 1 khusus minuman, 1 manajer dan 1 asisten manajer yang bertugas pada waktu yang bersamaan. Saya diberikan gaji HK$25 per jam pada waktu itu dan tugas utama saya adalah sebagai pelayan restoran, tetapi kadang-kadang saya juga harus membantu membuat minuman jika karyawan yang khusus membuat minuman berlibur. Dari situlah saya belajar bagaimana cara membuat Milk Tea ala Hong Kong. Kadang-kadang saya juga harus masuk dapur membantu membuat makanan pencuci mulut dan mencuci piring.
Belajar menghadapi pengunjung yang mempunyai karakter yang berbeda-beda
Berbeda dengan restoran burger, di restoran barat memerlukan perhatian dan pelayanan yang lebih banyak untuk para tamu, apalagi tamu adalah orang lokal Hong Kong yang terkenal dengan budaya yang suka mengeluh.
Menghadapi tamu yang mengeluh dengan alasan tidak masuk akal sudah biasa bagi kami dan tidak sedikit dari mereka adalah orang yang terpelajar. Contohnya adalah seorang penulis novel terkenal di Hong Kong yang pada waktu itu mengunjungi restoran kami dan dia mengeluh steak daging sapi yang kami sajikan terlalu keras sehingga melemparkan steak tersebut ke badan manajer saya. Berbeda dengan restoran-restoran lokal lainnya, kami tidak bisa berbuat apa-apa karena kami mementingkan pelayanan kepada tamu-tamu.
Contoh kejadian lain yaitu seorang tamu membeli menu makan siang dan membawa pulang. Tidak lama kemudian tamu tersebut membawa kembali kotak nasi yang hampir habis isinya untuk meminta ganti dengan alasan terdapat kecoak di dalam kotak tersebut. Kami curiga tamu tersebutlah yang meletakkan seekor kecoak di dalam kotak. Kemudian ia meminta kami menggantikan menu makan siang lainnya sebagai pengganti.
Terkadang kami harus menghadapi tuduhan dan keluhan dari tamu yang tidak masuk di akal, tetapi hal tersebut melatih mental saya dan cara berkomunikasi dengan berbagai jenis orang.
Tugas membersihkan restoran dan memungut bangkai tikus bersama manajer
Berhubung karyawan laki-laki hanyalah saya, manajer saya dan karyawan di dapur, maka tugas untuk kebersihan restoran seperti tembok bagian luar, papan iklan di bagian atas pintu masuk dan membersihkan lorong bagian belakang restoran jatuh kepada saya dan manajer saya.
Tugas untuk membersihkan tembok bagian luar dan papan iklan adalah pekerjaan rutin untuk setiap minggu. Namun tugas membersihkan lorong belakang restoran biasanya dilakukan setiap bulan. Suatu saat kami mulai mencium bau yang tidak enak di bagian lorong, kemudian saya dan manajer saya mendorong keluar rak besar tempat menaruh barang-barang pribadi karyawan dan menemukan sejumlah bangkai tikus.
Pada waktu itu manajer saya bertugas memegangi kantong plastik dan saya menggunakan alat untuk memungut bangkai-bangkai tikus tersebut. Tikus-tikus tersebut sepertinya mati sudah lama, ketika kami memungutinya badan mereka sudah terpisah-pisah.
Di artikel berikutnya akan saya ceritakan bagaimana saya tetap berkomunikasi dengan teman-teman di Indonesia meskipun internet belum umum pada waktu itu.