Tentang Penulis: #42 Sahabat 10 Tahun Menjadi Musuh Karena Iri Hati Dan Takut Pelanggan Direbut
Setelah mengundurkan diri dari perusahaan Amerika Serikat, saya menerima tawaran untuk bekerja di perusahaan milik seorang teman baik yang pernah bekerja sama dalam beberapa proyek di perusahaan tempat saya bekerja sebelumnya.
Sebenarnya saya pada waktu itu mempunyai pemikiran untuk memulai usaha lagi yang terkait dengan fotografi, namun dalam bentuk yang berbeda dengan bisnis yang pertama kali saya jalankan. Tetapi akhirnya saya menerima penawaran dari teman baik saya ini sambil perlahan-lahan mempersiapkan bisnis fotografi di kemudian hari.
Perusahaan kecil tetapi pelanggannya adalah perusahaan-perusahaan besar
Teman baik saya adalah seorang wanita karir yang seusia dengan saya. Perusahaannya adalah perusahaan teknologi yang hanya memiliki 5 karyawan dan merupakan perusahaan paling kecil yang pernah saya bekerja. Dalam sejarah hidup saya sampai saat ini saya telah bekerja dari perusahaan kecil sampai dengan perusahan raksasa dan perusahaan lokal maupun asing.
Meskipun perusahaan ini kecil, tetapi teman baik saya ini adalah orang yang sangat cerdas dan berhasil meraih proyek-proyek dari perusahaan besar.
Merasa iri dan takut karena saya berhasil menjalin hubungan baik dengan pelanggan
Pada 6 bulan pertama hubungan saya dengan teman baik ini sangat baik dan ia puas dengan pekerjaan saya. Saya juga dapat menjalin hubungan baik dengan pelanggan-pelanggan. Namun akhirnya, hal tersebut mulai menimbulkan keirian dan ketakutan saya akan merebut pelanggannya dan membuka usaha sendiri di bidang yang sama.
Dia mulai memfitnah saya di depan rekan-rekan kerja yang lain dan juga pelanggan-pelanggan. Namun dia masih membutuhkan tenaga saya untuk bekerja di perusahaan dia, sehingga ia tidak berani menggeser saya.
Sewaktu dia membutuhkan tenaga untuk mengikuti proyek di perusahaan pelanggan, dia akan memuji-muji saya. Ketika proyek telah selesai, dia mulai berkata-kata yang tidak enak di hadapan saya bahkan di hadapan semua rekan-rekan kerja lain bahwa nomor telepon selular saya adalah nomor yang sial dan akan mengakibatkan kematian di gedung kantor tersebut. Beberapa hari kemudian ketika ada sebuah proyek yang membutuhkan saya, dia kembali memuji-muji saya dan meminta saya membantunya.
Sejak itu saya bertekad mempercepat proses untuk memulai bisnis fotografi saya dan tidak menghiraukan lagi perkataannya sampai dia tidak tahan lagi untuk meminta saya keluar.
Saya tidak merasa dendam terhadap dia dan malah merasa kasihan terhadap dia karena dia tidak sadar dirinya mempunyai gangguan jiwa. Sampai saat ini saya masih mempunyai hubungan yang baik dengan beberapa karyawan di perusahaan ini.
Di artikel berikutnya akan saya ceritakan proses saya memulai bisnis saya kedua kali dan mendapat dukungan dari banyak pihak.