Tentang Penulis: #19 Memulai Kehidupan Di SMP Dan Mempunyai Teman-Teman Baru Di Indonesia
Seperti sebelumnya saya ceritakan, setelah mencoba daftar dan mengikut ujian di beberapa sekolah swasta lokal, pada akhirnya saya diterima di sebuah sekolah Katolik di Jakarta Selatan yang bernama SMP Seruni Don Bosco Pondok Indah.
Menjadi perhatian guru-guru dan teman-teman sekolah
Saya pada waktu itu menjadi perhatian semua orang di kelas karena belum dapat menguasai Bahasa Indonesia dan rasa penasaran mereka terhadap saya sebagai orang Hong Kong. Pada waktu itu tidak banyak orang Hong Kong yang tinggal di Indonesia.
Yang mereka paling suka mempertanyakan saya adalah tentang kungfu, bintang film Hong Kong dan mafia di Hong Kong.
Pada waktu itu jarang sekali orang asing yang sekolah di sana. Seingat saya kakak kelas yang sudah di SMA ada yang dari Korea. Sewaktu saya memasuki semester kedua SMP kelas 1 juga ada satu anak Indonesia yang besar di Amerika Serikat tetapi sama seperti saya tidak bisa berbahasa Indonesia.
Mempunyai kesulitan menangkap apa yang guru bicarakan
Saya ingat pada awal saya mulai sekolah, saya sama sekali tidak mampu menangkap apa yang diajarkan oleh guru, apalagi harus membuat catatan pelajaran yang dibacakan oleh guru. Maka saya sering kali meminjam buku catatan teman-teman sekelas dan mereka semua baik sekali terhadap saya dan mau meminjamkan serta menjelaskan kepada saya.
Tentunya untuk tahun pertama nilai saya di semua pelajaran sangat buruk karena saya sulit sekali untuk menangkap apa yang guru ajarkan di kelas. Rasa tidak suka dengan sekolah masih terbawa dari Hong Kong juga menjadi hambatan bagi saya pada tahun pertama saya sekolah di Indonesia.
Pertama kali mengikuti upacara bendera
Sewaktu saya masih SD dan SMP di Hong Kong, Hong Kong masih di bawah penjajahan negara Britania Raya dan sama sekali tidak pernah mengikuti upacara bendera atau menyanyikan lagu kebangsaan.
Sewaktu pertama kali saya mengikuti upacara bendera di aula sekolah di Indonesia, saya sangat tidak terbiasa dan merasa mengapa harus menghabiskan waktu untuk melakukan hal ini? Setelah beradaptasi dengan kehidupan di Indonesia saya mulai sadar bahwa pentingnya upacara bendera dan lagu kebangsaan bagi sebuah negara maupun penduduknya.
Tidak naik kelas pada tahun pertama di SMP
Dengan situasi seperti ini, tentunya saya pada tahun pertama menduduki peringkat terakhir di kelas. Setelah ujian semester terakhir di SMP kelas 1, guru dan kepala sekolah memanggil ibu saya ke sekolah dan menanyakan apakah ingin saya naik kelas atau mengulang SMP kelas 1. Ibu saya tidak menginginkan kejadian seperti nenek saya memaksa saya memasuki sekolah SMP terbagus di Yuen Long Hong Kong terjadi lagi, maka ibu menyetujui bahwa saya mengulangi kembali SMP kelas 1.
Saya bersyukur ibu saya membuat keputusan demikian pada waktu itu, karena nilai saya mengalami lonjakan setelah itu dan sekaligus saya dapat berteman dengan 2 generasi di sekolah tersebut.
Mulai timbul semangat untuk sekolah dan belajar
Setelah merasakan lingkungan sekolah di Indonesia kurang lebih 1 tahun, mulai timbul semangat dan keinginan belajar yang kuat dalam diri saya yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya. Penyebab utamanya adalah saya tidak merasa tertekan pada waktu belajar di sekolah. Saya juga merasakan perhatian dari para guru dan kepala sekolah dan teman-teman sekolah yang baik dan suka bercanda. Di luar dari jam belajar saya dapat bermain dan mengembangkan kreativitas saya tanpa terbebani oleh pelajaran di kelas.
Berbeda dengan apa yang dulu saya rasakan di Hong Kong, guru-guru sangat serius dan ditakuti, teman-teman sekolah juga mempunyai sikap dan cara berpikir mulai seperti orang dewasa. Cara mengajar juga sangat kaku pada masa itu. Menurut pengamatan saya ini adalah penyebabnya mengapa di Hong Kong banyak orang pintar tetapi mereka sangat perhitungan dan kurang kreatif.
Mendapat nilai bagus di beberapa mata pelajaran
Pada tahun kedua saya di SMP Seruni Don Bosco Pondok Indah, yaitu SMP kelas 1 untuk kedua kalinya, nilai saya mulai melonjak seperti yang saya ceritakan di atas. Untuk pelajaran Bahasa Indonesia, Agama dan PMP sering kali saya mendapatkan nilai 9. Yang paling mengalami lonjakan besar adalah mata pelajaran Matematika dan Fisika di mana sering kali saya mendapat nilai 9 atau 10 dan selalu mendapat peringkat pertama atau kedua di kelas pada setiap ujian dan ulangan semester.
Sewaktu saya masih di Hong Kong, peringkat saya di mata pelajaran Matematika selalu berada di posisi terakhir. Penyebab utamanya adalah di Hong Kong jawaban yang dinilai selain jawaban, juga formula yang digunakan apakah sama dengan yang diajarkan di buku sekolah atau guru. Di Indonesia penilaian berdasarkan hasil jawaban, jika formula yang kita gunakan menurut guru masuk akal, namun beda dengan formula yang diajarkan di buku sekolah, kita tetap diberikan nilai yang bagus.
Di artikel-artikel selanjutnya akan saya ceritakan bagaimana saya bergaul dengan teman-teman sekolah di Indonesia dan kejadian-kejadian menarik yang saya alami.