Seperti yang saya ceritakan di artikel sebelumnya, kehidupan kami di Indonesia menghadapi banyak tantangan dan kesulitan. Namun semua ini tidak menghalangi saya pada akhirnya menjadi menyukai Indonesia.
Mempunyai banyak teman di tempat ibadah
Di artikel sebelumnya saya pernah menceritakan ada seorang wanita yang mengajak ibu saya mengikuti sebuah acara ibadah. Dari situlah saya mendapat titik balik dari tidak sukanya saya terhadap Indonesia menjadi mulai menyukai Indonesia.
Pada waktu itu ibu saya mengajak saya, ayah dan adik ke acara ibadah, saya menolaknya karena seperti sebagian besar orang Hong Kong yang tidak menyukai hal-hal yang berbau agama. Namun pada akhirnya saya ikut ibu saya pergi ke acara ibadah tersebut dan dari situlah saya mendapatkan sukacita dan penghiburan.
Saya sering mengikuti acara-acara ibadah karena saya mendapat banyak sekali teman-teman baik di sana. Mereka berbeda sekali dengan teman-teman yang saya kenal di Hong Kong karena mereka berteman dengan hati yang tulus dan jika kami membutuhkan pertolongan dan bantuan, mereka selalu siap sedia membantu dan mendukung.
Salah satu sahabat paling dekat yang saya kenal di tempat ibadah
Saya mempunyai banyak teman baik yang saya kenal di tempat ibadah pada waktu itu dan salah satu teman terdekat adalah Firman Santoso.
Kita sama-sama tinggal di daerah pasar minggu dan kami sering berangkat ke tempat ibadah bersama. Firman orangnya sangat sabar, ia mengetahui semua masa suka duka saya di Indonesia dan saya juga mengetahui masa perjuangan dia dari jaman SMA, kursus bahasa Jerman, kuliah di Jerman sehingga menjadi seorang dokter yang sukses di Jerman. Firman saat ini adalah ayah dari 3 orang anak dan seorang dokter Ginekologi (Obsterics & Gynecology Specialist, Gynecology Oncology Subspecialist dan Minimal Invasive Surgery Subspecialist) terkenal di Indonesia.
Setelah saya kembali ke Hong Kong kami juga masih saling menceritakan keadaan dan perkembangan Indonesia dan Hong Kong sampai saat ini.
Melihat kebaikan dan ketulusan orang Indonesia melalui kepala sekolah, guru dan teman-teman sekolah
Kepala sekolah, guru dan teman-teman sekolah juga adalah penyebab mengapa saya pada akhirnya betah dan menyukai Indonesia. Dulu yang saya pelajari di Hong Kong adalah "Jika kita membuat kebaikan maka kita akan dirugikan", tetapi selama saya bergaul dengan orang Indonesia yang hampir setiap hari saya temui selama hampir 4 tahun, perbuatan mereka membuat saya mengerti bahwa slogan "Kebaikan kita akan dibalas dengan kebaikan" ternyata masih ada di dunia ini dan bukan hanya terjadi di film drama atau fiksi saja.
Sewaktu kelas 3 SMP, kepala sekolah yaitu Bapak Wayong mendapat ancaman dari seseorang yang berkuasa dan memerintahkan dia mengeluarkan saya dari sekolah. Tetapi setelah beliau berdiskusi dengan para guru, beliau memutuskan tetap mempertahankan saya dan menolak perintah tersebut dengan mempertaruhkan jabatannya. Kejadian ini akan saya ceritakan di artikel-artikel berikutnya.
Saya sangat terharu pada waktu itu, dibandingkan dengan nenek saya di Hong Kong yang demi nama baik sendiri mempertaruhkan masa depan saya, tetapi kepala sekolah dan guru-guru di Indonesia yang tidak ada hubungan keluarga dengan saya, tetapi mereka rela mempertaruhkan pekerjaan mereka demi melindungi saya. Meskipun saya dan keluarga mengalami banyak hal yang tidak enak di Indonesia, tetapi kebaikan dan ketulusan orang-orang di sekitar saya membuat saya tetap mencintai Indonesia.
Hubungan dengan sepupu-sepupu dan paman menjadi baik
Setelah saya sering ke tempat ibadah dan mulai mempunyai banyak teman di Indonesia, saya mulai beradaptasi dengan lingkungan hidup di Indonesia dan pola pikir saya juga mulai berubah. Oleh sebab itu, saya mulai suka bercanda dan jadi pelopor bagi sepupu-sepupu laki-laki dan paman nomor 7 serta sepupu-sepupu lainnya dari Surabaya ketika datang ke Jakarta untuk mengajak mereka melakukan hal-hal yang usil. Keusilan saya sampai kadang-kadang menyebabkan masalah untuk ibu dan tante saya. Namun demikian, sewaktu pelajaran di sekolah saya tetap serius belajar dan tidak mau melakukan hal-hal yang melanggar peraturan sekolah.
Di artikel selanjutnya saya akan menceritakan hal-hal usil apa saja yang pernah saya lakukan setelah saya bisa beradaptasi dengan lingkungan di Indonesia.